Daffa Mustofa, Komentator Pacuan Kuda Yang Selalu Bikin Arena Meledak! 

SARGA.CO—Di balik sorak-sorai penonton dan derap kaki kuda yang membelah lintasan, ada satu suara yang membakar semangat, mengatur ritme, dan menjaga tensi tetap tinggi sepanjang race berlangsung. Daffa Mustofa, pria 23 tahun yang kini dikenal sebagai salah satu announcer muda di dunia pacuan kuda Indonesia.

Perjalanan Daffa dimulai jauh dari arena pacuan. Saat masih duduk di bangku SMP, ia sudah gemar memandu pertandingan sepak bola dan voli tarkam di kampung halamannya. 

Siapa sangka, kecintaannya pada dunia MC dan komentator membuatnya nekat mengajukan diri saat ada lowongan lisan di event pacuan Latihan Bersama Kartini Cup, Tegalwaton, tahun 2022. Dari yang awalnya hanya coba-coba, ia kini menjadi suara utama di berbagai race berskala daerah hingga nasional.

Suara yang membawa balapan jadi spektakel

Peran announcer dalam pacuan kuda tidak sesederhana memanggil nama kuda yang sedang memimpin. Announcer adalah narator utama sepanjang race.

Ia memandu proses dari paddock ke mounting yard, mengarahkan kuda ke start gate, hingga mengumumkan posisi tiap peserta sepanjang lintasan. Ia harus mampu menyampaikan informasi dengan cepat, jelas, dan penuh emosi—tanpa kehilangan objektivitas. 

Tower announcer di Lapangan Pacu Kuda Sultan Agung, Bantul, DIY

Sumber: SARGA.CO 

Di sinilah letak tantangan terbesar, karena announcer tidak hanya bicara kepada penonton, tapi juga kepada pelatih, pemilik kuda, dan semua yang berkepentingan.

Tak hanya mental, pemahaman mendalam terhadap statistik dan karakteristik kuda juga menjadi bagian penting dari persiapan. Menjelang race, Daffa akan mempelajari buku panduan pacuan, mencermati catatan waktu, bahkan menelusuri silsilah kuda.

Ia menyebut bahwa strategi membakar suasana bisa lahir dari pengetahuan ini. Misalnya, ketika seekor kuda unggul tertinggal di awal, ia bisa menyusun narasi dramatis: “Queen Thalassa masih menyusun strategi dari belakang…” yang membuat penonton menahan napas.

Membangun gaya, menjaga netralitas

Daffa menyebut bahwa kunci utama dalam profesinya adalah mental. “Kalau mental kita gak kuat, kita gak akan bisa tahan di profesi ini,” ujarnya. Ia mengaku pernah disoraki penonton karena salah menyebut race—salah satu momen yang paling ia kenang.

Namun, alih-alih patah semangat, justru kejadian itu yang menempa kepercayaan dirinya untuk terus berkembang. Sebagai announcer, Daffa juga harus menjaga netralitas.

Meski kadang ia punya kuda favorit, ia tidak boleh menunjukkan keberpihakan. “Kalau mau euforia, ya lepas mic dulu,” katanya sambil tertawa. Ia juga menjaga etikanya dengan tidak menyebutkan insiden cedera kuda secara eksplisit di tengah race, demi menjaga suasana tetap kondusif.

Soal suara, Daffa percaya bahwa setiap announcer memiliki ciri khasnya masing-masing. Ia sendiri belajar secara otodidak, mulai dari menonton video-video pacuan kuda, meniru gaya announcer Alm. Basu Bakir, hingga belajar langsung dari Ardi Wijaya, announcer senior yang masih aktif sekaligus mentornya.

Ia sendiri belajar secara otodidak—mulai dari menonton video pacuan kuda, meniru gaya almarhum Basu Bakir, hingga belajar langsung dari Ardi Wijaya, announcer senior yang masih aktif sekaligus menjadi mentornya.

“Yang penting bukan suaranya bagus atau enggak, tapi intonasi dan artikulasi harus jelas,” tegasnya. Ia juga rajin mengevaluasi penampilannya sendiri lewat rekaman dan komentar penonton, bahkan kritik netizen di media sosial ia anggap sebagai bahan introspeksi.

Suara yang membangkitkan emosi di garis akhir

Daffa Mustofa

Sumber: SARGA.CO

Kini, dengan pengalaman kurang lebih 15 kali event pacuan dan reputasi yang terus menanjak, Daffa Mustofa tak hanya menjadi komentator, tapi juga penghidup lintasan. Ia percaya, suara punya kekuatan besar untuk menciptakan momen tak terlupakan di dunia pacuan. “Kalau saat finish saya berhasil membuat penonton histeris, itu rasa bangga yang tidak tergantikan,” ucap Daffa terharu.

Bagi Daffa, ini bukan sekadar profesi. Ini panggilan jiwa—perpaduan antara kecintaan pada suara, adrenalin, dan dunia hewan. Suara khasnya, “Let’s go! Dsyuuuu…!” kini menjadi penanda bahwa race telah dimulai, dan cerita akan segera diukir di atas lintasan.

error: Content is protected !!